Time Now: Review
Jenny (Eleanor Lambert) telah terasing dari keluarganya selama beberapa waktu. Ketika saudara kembarnya, Gonzo (Sebastian Beacon) tiba-tiba meninggal, Jenny harus pulang untuk berkenalan kembali dengan keluarga.
Ketika dia sampai di rumah, ibunya Helen (Jeannie Thompson), tidak terlalu senang melihatnya. Namun, bibi Jenny, Joan (Claudia Black) dengan senang hati melanjutkan apa yang mereka tinggalkan, terutama ketika dia bertemu putra Jenny.
Time Now adalah sebuah drama tentang kesedihan, kehilangan dan keluarga yang membutuhkan waktu dalam menceritakan kisahnya. Mondar-mandir dan setting Time Now memang membuat penontonnya menunggu, tapi juga membuatnya terasa lebih nyata. Saat Jenny mulai bertemu lebih banyak orang yang ada dalam kehidupan kakaknya, dia menyadari bahwa dia selalu bisa mengandalkan kakaknya untuk melakukan hal yang benar.
Meskipun kisah beberapa hari terakhir hidupnya diceritakan, Jenny menyadari bahwa itu tidak dapat dikatakan untuk orang lain.
Kisah untuk Time Now memiliki banyak jalan yang bisa dilaluinya. Itu bisa menjadi drama yang menghangatkan hati tentang kembali dengan keluarga dan menyembuhkan luka lama. Itu bisa menjadi film thriller kriminal di mana perburuan Jenny untuk pembunuh kakaknya bisa berakhir dengan pertikaian yang dramatis dan memuaskan. Bisa juga tentang perjalanan emosional yang dilakukan Jenny saat dia berduka untuk orang yang paling dekat dengannya dalam hidupnya.
Sayangnya, meskipun Time Now menampilkan penggambaran kehidupan yang realistis dan tidak mencoba menempuh rute melodramatis untuk memainkan emosi penonton, rasanya seperti karakter berada pada jarak yang jauh. Penonton mengenal Jenny melalui interaksinya dengan orang-orang dan kisah yang mereka ceritakan dalam kilas balik membantu melengkapi karakter yang tidak mereka ketahui. Namun, ketika sampai pada motivasi dan perasaannya Jenny, rasanya pembuat film ingin penonton untuk berasumsi tanpa mengatakannya.
Ini mungkin berhasil di beberapa film, tetapi endingnya mungkin membuat orang merasa sedikit kedinginan. Ini karena meskipun beberapa orang mungkin telah menebak ke mana arahnya, tidak pernah ada hubungan yang benar-benar memberikan alasan kepada penonton untuk memahaminya.
